Kalau Anda belum memiliki inspirasi “apa yang harus saya muat di blog”, sebaiknya Anda menilik pentingnya menuliskan “topical site list”. Mungkin ini metode yang bisa membuat website Anda memiliki rating yang menaikkan traffic pengunjung.
Sebelum era Web v2.0 orang lebih percaya system “indexing” di mana “keyword” didaftarkan pada mesin pencari (tanpa peduli tingkat relevansi). Orang juga sebelumnya mempercayai bualan kecap “kami yang terbaik”. System indexing sekarang telah digeser oleh system “bookmark” dan “scoring”. Lihatlah bagaimana rentetan icon technocrati, del.icio.us, bloglines, twitter, dig it, rss, dan facebook berada di bawah posting blog,
siap menandai artikel Anda. Semakin banyak lipatan, semakin tinggi skor penghargaan terhadap tulisan itu. Kalau Anda sisipkan (secara manual) kata “best”, “most”, atau “terbaik” dan “paling”, ketika mendaftarkan sebuah URL ke Google maka script Google akan menyarankan agar keyword itu diganti. Yang suka “terbaik” biasanya “spam”. Kalau Anda mengerti cara menaikkan tingkat relevansi dari sisi pemilihan keyword yang ditanamkan dalam tag, maka tentu Anda mengerti, bagaimana sebuah halaman yang berisi materi “xxx” dapat disisipi keyword “parenting”. Jadi pada sisi SEO (search engine
optimization) memberikan teknik pemilihan “kata kunci” yang relevan, di sisi lain “blog” menawarkan kemasan “instant” untuk “bookmark” dan “score”. Sama bagusnya, tetapi dari sisi teknik semuanya bisa dikelabui, kecuali jika yang memeriksa adalah “manusia”.
Tidak semua webmaster memahami cara meningkatkan relevansi dari sisi penulisan code, kalaupun bisa membuatnya belum tentu mereka tidak ingin memanipulasi mesin pencari, tidak semua user dapat mencari dengan tepat apa yang mereka inginkan di Google, tidak semua website dapat ditemukan di Google, intinya, secerdas apapun mesin tidak akan secerdas manusia. Tidak semua hasil pencarian Google dibutuhkan oleh setiap orang. Mencari tingkat relevansi adalah tujuan orang mencari.
Itulah sebabnya Anda perlu menuliskan topical site list.
Anda hanya perlu berbagi pengalaman selama browsing. Misalnya, setelah saya “kesusahan” mencari topik tentang cara membuat “handycraft” dari bahan-bahan bekas, ada baiknya saya mendaftar link yang paling bagus, memberi beberapa catatan subyektif, “screenshot” (kalau perlu), dengan harapan, orang lain bisa memanfaatkan daftar itu kelak. Tentu saja kita bisa mendapatkan score, bookmark, dan comment yang banyak. Et cetera. Setiap hari orang selalu mencari kata kunci, setiap hari orang membutuhkan “bantuan darurat” dan berteriak “help!”. Apapun tema blog yang kita sampaikan maka topical site list selalu bisa disertakan. Ini juga merupakan metodologi ampuh untuk menjaring ads (iklan), sebagaimana Google selalu menyertakan iklan di samping kanan atau paling atas, yang berisi dengan keyword yang “dianggap” relevan dengan apa yang sedang kita cari.
Anda bisa mengambil contoh situs dot com yang konsentrasi di bidang desain: smashingmagazine, webpix, superweb, mashable, dan superweb selalu berlomba menawarkan “deretean terbaik”. Masih ada ribuan keyword lain, masih ada ratusan tema lain, atau sekian puluh hal yang relevan dengan isi blog Anda.
Persoalannya, tidak segampang itu menuliskan topical site list. Ada beberapa konvensi yang perlu diperhatikan agar pengunjung betah membiarkan halaman Anda selalu terbuka (semoga saja mereka selalu memilih klik kanan lalu open in a new tab, syukur kalau mereka hanya bisa mengingat alamat Anda).
1. topical site list harus memiliki tema yang bisa dijelaskan dalam satu kalimat yang cukup spesifik, misalnya: daftar situs penyedia widget blog.
2. Tidak semua alamat jejak browsing itu harus ditampilkan. Pengunjung tidak membutuhkan “semua” yang Anda ketahui (ingat, browsing tidak sama dengan skimming). Yang terpenting adalah tingkat relevansi, bukan “lengkap”nya. Daftar cukup 20 sampai 30 sudah OK. Kalaupun ada request dan perlu bersambung masih bisa dilanjutkan di posting berikutnya.
3. Bukan copy-paste. Kalau copy-paste dari Google, mendingan tidak usah membuat topical site list, cukup beri “banner” ukuran headline bertuliskan: buka Google, ketikkan kata yang Anda cari, kemudian klik Search! Tujuan menuliskan topical site list itu karena Google dan search engine lain terlalu menawarkan banyak hal (termasuk site physing, trojan, dan commercial site). Menuliskan topical site list berarti menyampaikan perspektif Anda, yang sangat “berpengalaman” pahit(?) serta mereka tidak perlu diberitahu tentang alamat-alamat yang sudah umum.
4. Daftar Anda harus terdiri dari ragam kategori. Misalnya Anda mendaftar situs tentang desain, campurkan semua tentang desain yang wajib diketahui mereka yang sedang belajar desain. Intinya, di antara 20 alamat tadi harus ada situs desain yang berbicara tentang media cetak, desain web, kartu nama, dan desain web. Tentukan sendiri kategorinya. Pilihlah satu yang mewakili genre masing-masing kategori tadi. Atau mungkin Anda ingin mendaftar mana yang paling bagus dari sisi warna, fungsionalitas, popularitas. Jadi pertanyaan yang perlu dijawab setelah menerima ratusan alamat adalah mencari situs mana yang paling mewakili kategori yang Anda buat.
5. Review biar mantap perlu diberi screenshot atau data yang valid. Misalnya ada situs yang Anda kategorikan “tutorial paling komplet”, deskripsikan bagaimana situs itu dapat “mengatasi masalah”. Kalau situs itu bagus tampilannya, berikan screenshot. Kalau dinyatakan paling populer, berikan datanya. Kalau berisi link download gratisan terbanyak, jelaskan sedikit apa saja yang bisa didapatkan pengunjung. Bermainlah dengan gambar, angka, kata, ungkapan, tetapi, tetaplah membuat penjelasan Anda singkat, bikin penasaran, dan dapat membujuk orang menambahkan posting Anda dalam bookmark.
Google dengan “indexing” yang disisipi iklan dan barisan blog guardians dengan system “bookmark and scoring” memang sedang bertarung. topical site list adalah (sekali lagi) metodologi, memposisikan diri sebagai “human” di tengah mesin penandaan. Memperlihatkan bahwa Anda masih bisa memilih, yang terbaik untuk orang lain, untuk diri sendiri. Zaman ketika dunia datar, ternyata, rating jawaban “tahu dari teman” masihlah sangat tinggi. Seperti sebuah kata sebuah ungkapan, “If you want a friend, you must be a friend”. Kalau kamu ingin seorang teman, jadilah seorang teman.
Dan kalau Anda tidak punya inspirasi untuk mengisi blog, kenapa tidak mencoba menulis topical site list (secara serius)?